Jumat, 06 Februari 2009

Tobat Sang Pembunuh


Diriwayatkan oleh Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah Saw. pernah menceritakan, “Seorang lelaki yang berasal dari era sebelum kalian membunuh sembilan puluh sembilan orang. Suatu hari dia bertanya tentang ahli agama kepada salah satu penduduk kampung. Dia lalu diajak ke seorang rahib. Orang kampung itu berkata pada si rahib, ‘Rahib! Dia telah membunuh sembilan puluh sembilan orang. Masih adakah pintu tobat baginya?’ Rahib itu menjawab dengan sinis, ‘Tidak ada!’ Ketika lelaki pembunuh itu mendengar tidak ada lagi pintu tobat untuknya, dia lalu memutuskan untuk menggenapkan jumlah korban yang dibunuhnya menjadi seratus. Rahib tersebut akhirnya dibunuhnya. Setelah itu, sang pembunuh bertanya lagi kepada penduduk itu tentang ahli agama yang lain. Kemudian dia diajak ke seorang lelaki alim. Orang kampung itu berkata pada si alim, ‘Syaikh! Dia ini telah membunuh seratus orang. Apakah masih ada pintu tobat untuknya?’ Orang alim itu menjawab, ‘Tentu! Memang siapa yang dapat menghalagi tobat orang ini? Pergilah ke kempung A dan kampung B. Jika kamu mendapatkan sekelompok orang yang sedang menyembah Allah Swt., maka ikutlah bersama mereka untuk bersam-sama menyembah Allah. Setelah itu, kamu jangan lagi pulang ke kampungmu, karena kampungmu itu merupakan lingkungan yang tidak baik bagimu.’ Setelah mendengar pesan yang disampaikan orang alim itu, dia lalu pergi ke kampung yang disebutkan orang alim itu. Namun, ketika sampai di pertengahan jalan, ajal keburu menjemputnya. Ternyata kematian dua malaikat itu membuat dua malaikat, yaitu malaikat rahmat dan malaikat azab, bertengkar untuk memperebutkannya. Malaikat rahmat berkata, ‘Dia ini datang untuk bertobat dan menghadapkan hatinya kepada Allah Swt.’ Malaikat azab pun menyanggahnya, ‘Namun selama hidupnya, dia ini tidak pernah berbuat baik.’ Tiba-tiba datanglah seorang malaikat dalam rupa manusia memberikan solusi kepada mereka berdua terkait dengan masalah laki-laki itu. Malaikat itu berkata, ‘Baiklah, kalau begitu ukurlah jarak dua kampung itu dengannya. Siapa yang paling dekat, maka dia berhak untuk memilikinya.’ Mereka pun lalu mengukur jarak kampung tersebut. Hasil yang mereka peroleh adalah jarak si pembunuh itu lebih dekat ke satu kampung yang diinginkan oleh malaikat rahmat. Malaikat rahmat pun lalu mengambilnya,” (HR Al-Bukhari dan Muslim).Dalam satu riwayat lain yang tertera dalam sebuah hadis sahih bahwa Allah Swt. mewahyukan kepada kedua malaikat tersebut untuk mengukur siapa yang lebih jauh dan lebih dekat kepada Allah Swt. Lalu Allah Swt. berfiman, “Ukurlah di antara dua kampung itu.” Setelah dua malaikat itu mengukur, kedua malaikat itu mendapati lelaki itu lebih dekat kepada malaikat rahmat walaupun hanya satu jengkal jaraknya. Allah pun lalu mengampuni semua dosa lelaki tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar