Selasa, 03 Februari 2009

Seorang Sufi dan tobat

Syarat Sah TOBAT

Tobat (at-taubah) berasal dari kata kerja taba, yatubu = rujuk, kembali. Kembali dari kamksiatan kepada ketaatannatau kembali dari jalan yang jauh ke jalan yang lebih dekat kepada Allah SWT.

Tobat dianggap sah dan dapat menghapus dosa apabila memenuhi syarat yang ditentukan. Imam Al Qusyairi (w. 465 H/1074 M), seorang sufi di zaman klasik Persia, menerangkan bahwa ahli tauhid dari golongan ahli sunnah wal jamaah mengatakan bahwa syarat tobat yang sah itu ada tiga :
(1) menyesal terhadap perbuatan maksiat yang telah dilakukan,
(2) meninggalkan perbuatan maksiat itu, dan
(3) 'azam (bercita-cita) tidak akan mengulagi. 1)

Sedangkan Quraish Shihab mengatakan bahwa arti tobat hanya satu yaitu kembali. Kata kerja yang menggunakan akar kata yang terangkai oleh tiga huruf (ta, waw, ba), beraneka maca bentuknya, pelakunya hanya dua yang disebutka dalam Al Qur'an, yaitu Allah dan manusia. Jika demikian Allah pun "bertobat" dalam arti kembali. Allah bersama manusia yang taat diilustrasikan berada dalam posisi yang sangat dekat. Tetapi apabila manusia berdosa, ia menjauh dari Allah, Allah pun menjauh darinya. Itu sebabnya ketika Adam mencicipi buah pohon terlarang, Allah berfirman : Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka : "Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon itu" (QS. al-A'raf 7:22)

Imam Al Ghazali, seorang tokoh sufi, menurut Quraish Shihab berpendapat , bahwa setiap langkah atau maqam (stasiun) menuju Allah SWT, terdiri dari tiga unsur pokok. Yaitu pengetahuan, psikologis , dan aktifitas. Tobat yang merupakan stasiun pertama pun memerlukan ketiga unsur tersebut. Tanpa pengetahuan tidak akan lahir kondisi psikologis yang dibutuhkan. Kondisi itu adalah rasa perih dalam hati yang melahirkan penyesalan menyangkut pelanggaran yang dilakukan itu, dan ini mendorong yang bersangkutan untuk meninggalkan dosa dan pelanggaran, lalu beranjak menuju Allah SWT memohon ampunanNya. 2)

1) Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid 6, Ichtiar Baro Van Hoeve, Jakarta, 1966.
2) M. Quraish Shihab, Menjeput Maut, Bekal Perjalanan Menuju Allah SWT,, Lentera Hati, Jakarta, 2003

Tidak ada komentar:

Posting Komentar