Jumat, 20 Februari 2009

I M A N



Karakter Iman
Ada dua hal yang perlu dipahami ketika membahas masalah keimanan. Pertama, karakter iman; kedua, karakter hati sebagai wadah bersemayamnya iman. Iman mempunyai karakter yang fluktuatif, terkadang naik dan tinggi, tetapi terkadang juga turun dan rendah.

“Iman itu bisa bertambah bisa berkurang, maka perbaharuilah imanmu dengan Laa Ilaaha Illallah” (HR Ibnu Islam)

Sedangkan hati sebagai wadahnya iman memiliki karakter terbolak balik dan tidak tetap. Hati atau kalbu berasal dari bahasa Arab, Qolbu. Qolbu sendiri berasal dari kata qolaba - yanqolibu - qolbun; yang artinya terbolak-balik. Maka Rasulullah SAW pernah bersabda:

“Ya Allah, Wahai Zat Yang Maha Membolak-balikkan, tetapkanlah hatiku di dalam dien-Mu dan di dalam ketaatan pada-Mu”

Dari kedua karakteristik di atas, iman dan hati, membuat kita tak pernah boleh yakin dan puas akan kadar keimanan kita yang kita miliki sekarang. Setidaknya tumbuh dua perasaan, harap dan cemas di dalam hati kita. Harapan agar kelak Allah mematikan kita dalam keimanan yang tinggi dan benar. Cemas dan takut kalau Allah mematikan kita dalam kondisi keimanan sedang menurun.

Hakikat Iman

“Iman adalah membenarkan di dalam hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan rukun-rukunnya”

Iman bukanlah angan-angan. Melainkan apa yang tertanam menghunjam di dalam sanubari dan dibenarkan oleh amal perbuatan. Bukan semata-mata teori, sebagai konsumsi otak, yang sinarnya tidak sampai menembus hati dan tidak dapat menggerakkan iradah (keinginan). Iman juga bukan sesuatu yang menjejali ingatan dengan istilah-istilah seperti: robb, ilah, dien, ibadah, tauhid, thogut, dsb. Lalu merasa bangga dan hebat karena sudah menguasai artinya. Hampir semua nash Al-Quran dan Hadist selalu mengaitkan keimanan dengan amal.

“Orang-orang mukmun itu hanyalah mereka yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, kemudian mereka tak ragu sedikitpun dan mereka berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka. Mereka inilah orang-orang yang benar/jujur” (49:10)

Dari Anas bin Malik berkata Rasulullah SAW: “ Tiga golongan yang merasakan manisnya iman: (1) mencintai Allah dan rasul-Nya, melebihi dari kecintaan kepada yang lainnyta, (2) mencintai orang lain hanya karena Allah dan (3) merasa benci kembali pada kekufuran setelah diselamatkan Allah, sebagaimana ia benci jika dilemparkan ke dalam neraka” (HR Bukhari Muslim)

Imam syahid Hasan al-Banna berkata:
“Datangkan kepadaku 12 ribu orang yang benar-benar beriman, agar kutundukkan pegunungan, kubelah samudera dan lautan, dan kubuka negeri-negeri bersama mereka
Keimananlah yang menjadi motivator manusia untuk melakukan perbuatan. Baik buruknya perbuatan manusia tergantung pada baik buruknya keimanan. Kondisi iman yang buruk akan menghasilkan perbuatan yang buruk. Kondisi iman yang baik akan melahirkan perbuatan yang baik pula.
Islam adalah agama yang berintikan keimanan dan perbuatan (amal). Keimanan itu merupakan akidah dan pokok. Amal itu merupakan syariat dan cabang-cabangnya yang dianggap sebagai buah yang keluar dari keimanan serta akidah itu. Keimanan dan amal adalah akidah dan syariat, keduanya sambung menyambung, tidak dapat berpisah satu dengan yang lain. Keduanya seperti buah dengan pohonnya, seperti musabab dengan sebabnya atau seperti natijah (hasil) dengan mukadimah (pendahuluannya).

Mengapa orang yang beriman beruntung?

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman” (23:1)
Allah menjanjikan keberuntungan yang besar bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah.

1. Diberikan ganjaran syurga yang abadi
“Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan berbuat kebaikan bahwasanya mereka itu akan memperoleh surga yang dibawahnya mengalir beberapa sungai” (2:25)

2. Dilimpahkan ketenangan hati dan kebahagiaan hidup
Kebahagiaan dan ketenangan sejati tak dapat diperoleh dengan harta, tempat tinggal, pakaian ataupun perhiasan. Tetapi kebahagiaan itu diperoleh dari dalam diri sendiri dan dari perasaan iman dan taqwa kepada Allah. Karena Allah-lah yang mengaruniai kebahagiaan. Karena itu beruntunglah orang yang bertaqwa dan beriman kepada Allah.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih maka Tuhan yang Maha Pengasih akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang” (19:96)

Iman dan Kebanggaan

Jangan kamu merasa hina dan susah, kamu adalah orang-orang yang lenih tinggi kalau sekiranya kamu benar-benar BERIMAN” (3:139)
Umat Islam akan menjadi lebih tinggi derajatnya ketika mereka beriman. Imanlah yang akan melepaskan ikatan manusia dengan hawa nafsu dan thogut. Hanya mengabdi kepada Allah SWT. Dengan beriman kita menjadi umat yang merdeka. Ingat bahwa kemerdekaan adalah bebasnya hati dari ikatan thogut dan hawa nafsu meski secara fisik diikat atau di penjara. Sebaliknya manusia akan terus terjajah selama ia masih tunduk atas hawa nafsu dan thogut meski secara fisik ia adalah seorang raja. Iman di hati menjadi kebanggaan sekaligus menjadi syarat kejayaan umat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar