Senin, 23 Februari 2009

syariat islam


Syariat islam adalah Hukum yang diturunkan Allah melalui Nabi Muhammad saw. untuk segenap manusia dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:


1. Ilmu Tauhid, yaitu hukum atau peraturan-peraturan yang berhubungan dengan dasar-dasar keyakinan agama Islam, yang tidak boleh diragukan dan harus benar-benar menjadi keimanan kita. Misalnya, peraturan yang berhubungan dengan Dzat dan Sifat Allah swt. yang harus iman kepada-Nya, iman kepada rasul-rasul-Nya, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan iman kepada hari akhir termasuk di dalamnya kenikmatan dan siksa, serta iman kepada qadar baik dan buruk. Ilmu tauhid ini dinamakan juga Ilmi Aqidah atau Ilmu Kalam.


2. Ilmu Akhlak, yaitu peraturan-peraturan yang berhubungan dengan pendidikan dan penyempurnaan jiwa. Misalnya, segala peraturan yang mengarah pada perlindungan keutamaan dan mencegah kejelekan-kejelekan, seperti kita harus berbuat benar, harus memenuhi janji, harus amanah, dan dilarang berdusta dan berkhianat.


3. Ilmu Fiqh, yaitu peraturan-peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya dan hubungan manusia dengan sesamanya. Ilmu Fiqh mengandung dua bagian: pertama, ibadah, yaitu yang menjelaskan tentang hukum-hukum hubungan manusia dengan Tuhannya. Dan ibadah tidak sah (tidak diterima) kecuali disertai dengan niat. Contoh ibadah misalnya shalat, zakat, puasa, dan haji. Kedua, muamalat, yaitu bagian yang menjelaskan tentang hukum-hukum hubungan antara manusia dengan sesamanya. Ilmu Fiqh dapat juga disebut Qanun (undang-undang).

Definisi Fiqh Islam


Fiqh menurut bahasa adalah tahu atau paham sesuatu. Hal ini seperti yang bermaktub dalam surat An-Nisa (4) ayat 78,

Maka mengapa orang-orang itu (munafikin) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan (pelajaran dan nasihat yang diberikan).”
Nabi Muhammad saw. bersabda, “Barangsiapa dikehendaki Allah kebaikan, maka Allah akan memahamkannya di dalam perkara agama.”

Kata Faqiih adalah sebutan untuk seseorang yang mengetahui hukum-hukum syara’ yang berhubungan dengan perbuatan orang mukallaf, hukum-hukum tersebut diambil dari dalil-dalilnya secara terperinci.
Fiqh Islam menurut istilah adalah ilmu pengetahuan tentang hukum-hukum Allah atas perbuatan orang-orang mukallaf, hukum itu wajib atau haram dan sebagainya. Tujuannya supaya dapat dibedakan antara wajib, haram, atau boleh dikerjakan.

Ilmu Fiqh adalah diambil dengan jalan ijtihad. Ibnu Khaldun dalam Muqaddimah-nya menulis, Fiqh adalah pengetahuan tentang hukum-hukum Allah, di dalam perbuatan-perbuatan orang mukallaf (yang dibebani hukum) seperti wajib, haram, sunnah, makruh, dan mubah. Hukum-hukum itu diambil dari Al-Qur’an dan Sunnah serta dari sumber-sumber dalil lain yang ditetapkan Allah swt. Apabila hukum-hukum tersebut dikeluarkan dari dali-dalil tersebut, maka disebut Fiqh.

Para ulama salaf (terdahulu) dalam mengeluarkan hukum-hukum dari dalil-dalil di atas hasilnya berbeda satu sama lain. Perbedaan ini adalah suatu keharusan. Sebab, pada umumnya dalil-dalil adalah dari nash (teks dasar) berbahasa Arab yang lafazh-lafazhnya (kata-katanya) menunjukkan kepada arti yang diperselisihkan di antara mereka.

Fiqh Islam terbagi menjadi enam bagian:

1. Bagian Ibadah, yaitu suatu bagian yang membicarakan hukum-hukum yang dipakai untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. dan untuk mengagungkan kebesaran-Nya, seperti shalat, zakat, puasa, dan haji

.2. Bagian Ahwal Syakhshiyah (al-ahwaalu asy-syakhsyiyyatu), yaitu suatu bagian yang membicarakan hukum-hukum yang berhubungan dengan pembentukan dan pengaturan keluarga dan segala akibat-akibatnya, seperti perkawinan, mahar, nafkah, perceraian (talak-rujuk), iddah, hadhanah (pemeliharaan anak), radha’ah (menyusui), warisan, dan lain-lain. Oleh kebanyakan para mujtahidin, bagian kedua ini dimasukkan ke dalam bagian mu’amalah.

3. Bagian Mu’amalah (hukum perdata), yaitu suatu bagian yang membicarakan hukum-hukum yang mengatur harta benda hak milik, akad (kontrak atau perjanjian), kerjasama sesama orang seperti jual-beli, sewa menyewa (ijarah), gadai (rahan), perkonsian (syirkah), dan lain-lain yang mengatur urusan harga benda seseorang, kelompok, dan segala sangkut-pautnya seperti hak dan kekuasaan.

4. Bagian Hudud dan Ta’zir (hukum pidana), yaitu bagian yang membicarakan hukum-hukum yang berhubungan dengan kejahatan, pelanggaran, dan akibat-akibat hukumnya.

5. Bagian Murafa’at (hukum acara), yaitu bagian yang membicarakan hukum-hukum yang mengatur cara mengajukan perkara, perselisihan, penuntutan, dan cara-cara penetapkan suatu tuntutan yang dapat diterima, dan cara-cara yang dapat melindungi hak-hak seseorang.6. Bagian Sirra wa Maghazi (hukum perang), yaitu bagian yang membicarakan hukum-hukum yang mengatur peperangan antar bangsa, mengatur perdamaian, piagam perjanjian, dokumen-dokumen dan hubungan-hubungan umat Islam dengan umat bukan Islam.

Jadi, Fiqh Islam adalah konsepsi-konsepsi yang diperlukan oleh umat Islam untuk mengatur kepentingan hidup mereka dalam segala segi, memberikan dasar-dasar terhadap tata administrasi, perdagangan, politik, dan peradaban. Artinya, Islam memang bukan hanya akidah keagamaan semata-mata, tapi akidah dan syariat, agama dan negara, yang berlaku sepanjang masa dan sembarang tempat.

Hukum taklifi terbagi menjadi dua, yaitu azimah dan rukhshah. Azimah adalah suatu hukum asal yang tidak pernah berubah karena suatu sebab dan uzur. Seperti shalatnya orang yang ada di rumah, bukan musafir. Sedangkan rukhshah adalah suatu hukum asal yang menjadi berubah karena suatu halangan (uzur). Seperti shalatnya orang musafir.

Azimah meliputi berbagai macam hukum, yaitu:

1. Wajib. Suatu perbuatan yang telah dituntut oleh syara’ (Allah swt.) dengan bentuk tuntutan keharusan. Hukum perbuatan ini harus dikerjakan. Bagi yang mengerjakan mendapat pahala dan bagi yang meninggalkan mendapat siksa. Contohnya, puasa Ramadhan adalah wajib. Sebab, nash yang dipakai untuk menuntut perbuatan ini adalah menunjukkan keharusan. “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa.” [QS. Al-Baqarah (2): 183]

2. Haram adalah sesutu yang telah dituntut oleh syara’ (Allah swt.) untuk ditinggalkan dengan bentuk tuntutan keharusan. Hukumnya bila dikerjakan adalah batal dan yang mengerjakannya mendapat siksa. Contohnya, tuntutan meninggalkan berzina, tuntutan meninggalkan makan bangkai, darah, dan daging babi.

3. Mandub (sunnah). Mandub adalah mengutamakan untuk dikerjakan daripada ditinggalkan, tanpa ada keharusan. Yang mengerjakannya mendapat pahala, yang meninggalkannya tidak mendapat siksa, sekalipun ada celaan. Mandub biasa disebut sunnah, baik sunnah muakkadah (yang dikuatkan) atau ghairu (tidak) muakkadah (mustahab).

4. Makruh adalah mengutamakan ditinggalkan daripada dikerjakan, dengan tidak ada unsur keharusan. Misalnya, terlarang shalat di tengah jalan. Yang melaksanakannya tidak mendapat dosa sekalipun terkadang mendapat celaan.

5. Mubah adalah si mukallaf dibolehkan memilih (oleh Allah swt.) antara mengerjakan sesuatu atau meninggalkannya, dalam arti salah satu tidak ada yang diutamakan. Misalnya, firman Allah swt. “Dan makan dan minumlah kamu sekalian.” Tegasnya, tidak ada pahala, tidak ada siksa, dan tidak ada celaan atas berbuat atau meninggalkan perbuatan yang dimubahkan.

Apabila Allah swt. menuntut kepada seorang mukallaf untuk melakukan sesuatu perbuatan lalu perbuatan tersebut dikerjakannya sesuai dengan yang dituntut darinya dengan terpenuhi syarat rukunnya, maka perbuatan tersebut disebut shahih. Tetapi apabila salah satu syarat atau rukunnya rusak, maka perbuatan tersebut disebut ghairush shahiih.
manusia didunia hanya sementara ingat masih ada hidup sesudah mati.smoga Allah SWT selalu mengampuni dosa-dosa kita.Amin...

majelis bodhotobat 2


kemarin saya pendapat pencerahan dari yai tentang keikhlasan yang akan saya uraikan sbb:
Setiap hamba Allah memiliki kemampuan dan kemauan dalam beribadah yang berbeda-beda. Sedangkan nilai ibadah seorang hamba di hadapan Allah ditunjukkan dengan ikhlasnya dalam beramal. Tanpa keikhlasan takkan berarti apa-apa amal seorang hamba. Tidak akan ada nilainya di sisi Allah jika tidak ikhlas dalam beramal.
Niat adalah pengikat amal. Keikhlasan seseorang benar-benar menjadi teramat sangat penting dan akan membuat hidup ini menjadi lebih mudah, indah dan jauh lebih bermakna.
Balasan yang dinikmati oleh hamba Allah yang ikhlas adalah akan memperoleh pahala amal, walaupun amalan tersebut belum dilakukan. Disamping itu akan merasakan ketentraman jiwa, ketenangan batin. Betapa tidak? Karena dia tidak diperbudak oleh penantian untuk mendapatkan pujian, penghargaan atau imbalan. Dipuji atau tidak sama saja.

KONSENTRASIKAN AMALMU HANYA KEPADA ALLAH
Orang yang ikhlas adalah orang yang tidak menyertakan kepentingan pribadi ataupuan imbalan duniawi dari apa yang dapaat dia lakukan. Konsentrasi orang ikhlas hanya satu, yakni bagaimana agar apa yang dilakukannya diterima oleh Allah.

Berhati-hatilah bagi orang-orang yang ibadahnya temporal, karena bisa jadi perbuatan tsb merupakan tanda-tanda keikhlasan belum sempurna. Yang ukuran nilai ibadahnya adalah duniawi. Misalnya ketika wudlu…ternyata disamping ada seoran yang cukup terkenal dan disegani, makan wudlu kita pun secara sadar atau tidak tiba-tiba dibagus-baguskan.
Hamba Allah yang ikhlas mampu beribadah secara istiqamah dan terus menerus kontinyu.

Orang-orang yang ikhlas adalah orang yang kualitas amalnya dalam kondisi ada atau tidak adanya orang yang memperhatikan adalah sama. Berbeda dengan orang yang kurang ikhlas, ibadahnya justru lebih bagus ketika ada orang lain memperhatikannya.

Seorang pembicara yang tulus tidak harus merekayasa aneka kata-kata agar penuh pesona, tetapi dia usahakn agar setiap kata-kata yang diucapkan benar-benar menjadi kata-kata yang disukai Allah. Bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya, dan maknanya. Selebihnya terserah Allah, kalau ikhlas walaupun sederhana kata-kata kita, Allah-lah yang Maha Kuasa menghunjamkannya ke dalam setiap kalbu.

Oleh karena itu tidak perlu terjebak oleh rekayasa-rekayasa. Allah samasekali tidak membutuhkan rekayasa karena Dia Maha Tahu segala lintasan hati, Maha Tahu segalanya! Semakin jernih, semakin bening, dan semakin bersih segala apa yang kita lakukan atau semakain seluruh aktivitas ditujukan semata-mata karena Allah, maka kekuatan Allah lah yang akan menolong segalanya.

IKHLAS, RAHASIA PARA KEKASIH ALLAH
Seorang sahabat dengan mimik serius mengajukan sebuah pertanyaan,“Ya kekasih Allah, bantulah aku mengetahui perihal kebodohanku ini. Kiranya engkau dapat menjelaskan kepadaku, apa yang dimaksud ikhlas itu?“

Nabi SAW, kekasih Allah yang paling mulia bersabda,“Berkaitan dengan ikhlas, aku bertanya kepada Jibril a.s.apakah ikhlas itu?Lalu Jibril berkata,“Aku bertanya kepada Tuhan yang Maha Suci tentang ikhlas, apakah ikhlas itu sebenarnya?“ Allah SWT yang Mahaluas Pengetahuannya menjawab,“Ikhlas adalah suatu rahasia dari rahasia-Ku yang Aku tempatkan di hati hamba-hamba-Ku yang Kucintai.“(H.R Al-Qazwini)

Dari hadits diatas nampaklah bahwa rahasia ikhlas itu diketahui oleh hamba-hamba Allah yang dicintai-Nya. Untuk mengetahui rahasia ikhlas kita tidak lain harus menggali hikmah dari kaum arif, salafus shaalih dan para ulama kekasih Allah.
Antara lain Imam Qusyaery dalam kitabnya Risalatul Qusyairiyaah menyebutkan bahwa ikhlas berarti bermaksud menjadikan Allah sebagi satu-satunya sesembahan. Keikhlasan berarti menyucikan amal-amal perbuatan dari campur tangan sesama makhluk. Dikatakan juga keikhlasan berarti melindungi diri sendiri dari urusan individu manusia.

TANDA-TANDA IKHLAS SEORANG HAMBA
1. Tidak mencari populartias dan tidak menonjolkan diri
2. Tidak rindu pujian dan tidak terkecoh pujian.Pujian hanyalah sangkaan orang kepada kita, padahal kita sendiri yang tahu keadaan kita yang sebenarnya. Pujian adalah ujian Allah, hampir tidak pernah ada pujian yang sama persis dengan kondisi dan keadaan diri kita yang sebenarnya.
3. Tidak silau dan cinta jabatan
4. Tidak diperbudak imbalan dan balas budi
5. Tidak mudah kecewa.

Seorang hamba Allah yang ikhlas yakin benar bahwa apa yang diniatkan dengan baik lalu terjadi atau tidak yang dia niatkan semuanya pasti telah dilihat dan dinilai oleh Allah SWT. Misal ketika kita menjenguk teman sakit di RS luar kota, ternyata ketika kita sampai yang bersangkutan telah sembuh dan pulang. Tentu sjaa kita tidka harus kecewa karena niat dan perjalan termasuk ongkos dan keletihannya sudah mutlak tercata dan tidak akan disia-siakan Allah.

Seorang hamba yang ikhlas sadar bahwa manusia hanya memiliki kewajiban menyempurnakan niat dan menyempurnakan ikhtiar. Perkara yang terbaik terjadi itu adalah urusan Allah.
Masalah kekecewaan yang wajar adalah jika berhubungan dengan urusan dengan Allah, kecewa ketika ternyata sholatnya tidak khusyu‘, ibadahnya tidak meningkat dsb.nya.
6. Tidak membedakan amal yang besar dan amal yang kecil
7. Tidak fanatis golongan
8. Ridha dan marahnya bukan karena perasaan pribadi
9. Ringan. Lahap dan nikmat dalam beramal
10. Tidak egis karena sellau mementingkan kepentingan bersama.
11. Tidak membeda-bedakan pergaulan.

IKHLASNYA SEORANG MUQARABBIN
Dalam kitab Al Hikan, karya Syeikh Ibnu Atho’ilah tentang kedudukan seorang hamba dalam amal perbuatannya, terdapat dua tingkatan kemuliaan seorang hamba ahli ikhlas, yakni hamba Allah yang abrar dan yang muqarrabin.
Keikhlasan seorang abrar adalah apabila amal perbuatannya telah bersih dari riya‘ baik yang jelas maupun tersamar. Sedangkan tujuan amal perbuatannya selalu hanya pahala yang dijanjikan Allah SWT. Adapun keikhlasan seorang hamba yang muqarrabin adalah ia merasa bahwa semua amal kebaikannya semata-mata karunia Allah kepadanya, sebab Allah yang memberi hidayah dan taufik.


Dengan kata lain, amalan seorang hamba yang abrar dinamakan amalan lillah, yaitu beramal karena Allah.
Sedangkan amalan seorang hamba yang muqarrabin dinamakan amalan billah, yaitu beramal dengan bantuan karunia Allah
.
Amal lillah menghasilkan sekedar memperhatikan hukun dzahir, sedang amal billah menembus ke dalam perasaan kalbu.
Pantaslah seorang ulama ahli hikmah menasihatkan,“Perbaikilah amal perbuatanmu dengan ikhlas, dan perbaikilah keikhlasanmu itu dengan perasaan bahwa tidak ada kekuatan sendiri, bahwa semua kejadian itu hanya semata-mata karena bantuan pertolongan Allah saja.“
itu semua adalah sedikit ulasan tentang ikhlas yang saya dapat,intinya kita harus berserah diri pada Allah.semoga Allah selalu meridhoi kita amin...


bersambung...

Sabtu, 21 Februari 2009

AQIDAH SEBAGAI PONDASI ISLAM

Ajaran islam terdiri dari 4 aspek :

1. Aqidah (Imam dan Tauhid)
2. Ibadah (hubungan manusia dengan Allah)
3. Akhlaq (perilaku manusia terhadap sesama manusiadan lingkungannya)
4. Siyasah (politik/ketatanegaraan)Kajian ini hanya memfokuskan pada aspek "Aqidah"

Definisi Aqidah :Menurut bahasa 'aqidah berasal dari kata 'aqada, ya'aqidu, 'aqidah ('aqdun) artinya ikatan(perjanjian), kukuh atau transaksi. Menurut istilah'aqidah adalah suatu keyakinan kuat yg terpatri dalamhati bawha tidak ada Tuhan selain Allah dan NabiMuhammad adalah utusan Allah serta membenarkan semua yg datang dari Allah termasuk ketentuan atauketetapan-Nya.Aqidah yg benar adalah 'aqidah yg didasarkan atas landasan tauhid.

Tauhid artinya mengesakan Allah. Lawandari tauhid adalah syirik (menyekutukan Allah denganyg lain). Jadi Aqidah adalah mencakup IMAN dan TAUHID.Iman artinya keyakinan kepada Allah, para Malaikat,Kitab-kitab yg diwahyukan Allah kepada para Rasul-Nya,

para Rasul Allah, hari Akhirat, serta ketentuan baikdan buruk dari AllahAqidah Sebagai Pondasi Amal.Setiap amal dalam islam sangat terkait dengan Aqidah.Nilai amal tergantung pada tingkat kebenaran Aqidah yg diyakini seseorang. Maka, setiap orang islamdiwajibkan beriman agar amalnya mempunyai nilai.Amalan yg tidak didasarkan atas Iman dan Tauhid, tidakada gunanya. Sehubungan dengan ini Allah menyatakandalam surah An-Nahl : 97"

Barang siapa mengerjakan amal saleh, baik laki2maupun perempuan dalam keadaan beriman, makasesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yg baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yg lebih baik dari apa yg telah mereka kerjakan"

Ayat diatas menjelaskan 4 hal yaitu :
1. Amalan kaum laki2 dan perempuan mempunyai nilai yg sama
2. Syarat amalah yg mendapat pahala di sisi Allahadalah mempunyai pondasi Iman dan Tauhid.
3. Manfaat amal shalik adalah hayatan thayyibah(kehidupan bahagia)
4. Di akhirat diberikan ganjaran pahala yg lebih baik bagi orang yg beramal shalih dengan pondasi Iman Sebaliknya, amalan orang2 kafir ibarat fatamorgana,hampa, dan tidak ada nilainya disisi Allah meskipun yg dikerjakan itu amal baik. Dalam kaitan ini,

Allahberfirman :"Dan orang2 yg kafir amal2 mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yg datar, yg disangka air olehorang2 yg dahaga, tetapi bila didatanginya air itu diatidak mendapatinya sesuatu apapun. dan di dapatinya(ketetapan) Allah disisinya, lalu Allah memberikankepadanya perhitungan amal2 dengan cukup dan Allahadalah sangat cepat perhinganNyaAtau seperti gelap gulita di lautan yg dalam, yg diliputi oleh ombak, yg diatasnya ombak (pula),diatasnya (lagi) awan; gelap gulita ygtindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya,tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barang siapa ygtiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah diamempunyai cahaya sedikitpun" (An-Nuur : 39-40)

ayat di atas menggambarkan amalan orang2 kafir sebagaiberikut :
1. Amalan orang kafir seperti fatamorgana
2. Orang kafir tidak memperoleh pahala dari amal ygdikerjakannya
3. Kehidupan orang kafir dalam kegelapan karena tidakada iman dan tauhid
4. Allah tidak memberikan cahaya-Nya kepada orangkafir.Seruan Kepada Agama

Tauhid :"Katakanlah :"hai Ahli Kitab, marilah (berpegang)kepada suatu kalimat (ketetapanidak ada perselisihanantara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecualiAllah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagaian kita menjadikan sebagian yg lain sebagai tuhan selain Allah. Jikamereka berpaling maka katakanlah kepada mereka :

"Saksikanlah, bahwa kami adalah orang2 yg berserahdiri (kepada Allah)" (Ali Imran : 64)
ayat di atas menegaskan bahwa semua agama yg dibawaoleh para Rasul adalah agama Tauhid, yaitu agamaberdasarkan atas keyakinan terhadap Allah yg Esa,tanpa ada unsur syirik sedikitpun. Semua agama samawi(berdasarkan wahyu) bertemu pada prinsip Tauhid.

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama(Allah); tetaplah atas fitrah Allah yg telahmenciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak adaperubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yg lurus,tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (Ar Ruum: 30

Ayat diatas mengandung pesan bahwa manusia diajakuntuk kembali kepada agama yg sebenarnya, yaitu agamaIslam yg diciptakan Allah untuk manusia sesuai denganfitrah manusia itu sendiri. Jika manusia memilih agama lain, maka akan berlawanan dengan fitrahnya.

=== Islam Sebagai Agama Bagi Manusia ===

Sesungguhnya agama yg diridhoi di sisi Allah hanyalah islam. Tiada berselisih orang2 yg telah diberiAl-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepadamereka, karena kedengkian yg ada diantara mereka.

Barang siapa yg kafir terhadap ayat2 Allah makasesungguhnya Alah sangat cepat hisab-Nya " (Ali Imran: 19)

"Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang2 yg rugi"(Ali Imran : 85)

Dua ayat di atas menegaskan bahwa di antara agama2 ygdianut oleh manusia, hanya agama islam yg diakui dandiridhoi Alah. Agama-agama lain tidak mendapat tempatdi sisi Allah.

=== Hidup dan Mati Dalam Islam ====
"Hai orang2 yg beriman, bertakwalah kepada Allahsebenar-benar takwa kepadaNya, dan janganlahsekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragamaislam" (Ali Imran : 102)

Ada 2 point pentind dari ayat di atas :
1. Orang beriman diperintahkan untuk meningkatkantaqwa secara optimal.
2. Kematian yg khusnul khatimah adalah mati dalam keadaan islam.
Wallahu a'lamsalam semoga bermanfaat bagi kita semua.amin...

Jumat, 20 Februari 2009

I M A N



Karakter Iman
Ada dua hal yang perlu dipahami ketika membahas masalah keimanan. Pertama, karakter iman; kedua, karakter hati sebagai wadah bersemayamnya iman. Iman mempunyai karakter yang fluktuatif, terkadang naik dan tinggi, tetapi terkadang juga turun dan rendah.

“Iman itu bisa bertambah bisa berkurang, maka perbaharuilah imanmu dengan Laa Ilaaha Illallah” (HR Ibnu Islam)

Sedangkan hati sebagai wadahnya iman memiliki karakter terbolak balik dan tidak tetap. Hati atau kalbu berasal dari bahasa Arab, Qolbu. Qolbu sendiri berasal dari kata qolaba - yanqolibu - qolbun; yang artinya terbolak-balik. Maka Rasulullah SAW pernah bersabda:

“Ya Allah, Wahai Zat Yang Maha Membolak-balikkan, tetapkanlah hatiku di dalam dien-Mu dan di dalam ketaatan pada-Mu”

Dari kedua karakteristik di atas, iman dan hati, membuat kita tak pernah boleh yakin dan puas akan kadar keimanan kita yang kita miliki sekarang. Setidaknya tumbuh dua perasaan, harap dan cemas di dalam hati kita. Harapan agar kelak Allah mematikan kita dalam keimanan yang tinggi dan benar. Cemas dan takut kalau Allah mematikan kita dalam kondisi keimanan sedang menurun.

Hakikat Iman

“Iman adalah membenarkan di dalam hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan rukun-rukunnya”

Iman bukanlah angan-angan. Melainkan apa yang tertanam menghunjam di dalam sanubari dan dibenarkan oleh amal perbuatan. Bukan semata-mata teori, sebagai konsumsi otak, yang sinarnya tidak sampai menembus hati dan tidak dapat menggerakkan iradah (keinginan). Iman juga bukan sesuatu yang menjejali ingatan dengan istilah-istilah seperti: robb, ilah, dien, ibadah, tauhid, thogut, dsb. Lalu merasa bangga dan hebat karena sudah menguasai artinya. Hampir semua nash Al-Quran dan Hadist selalu mengaitkan keimanan dengan amal.

“Orang-orang mukmun itu hanyalah mereka yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, kemudian mereka tak ragu sedikitpun dan mereka berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka. Mereka inilah orang-orang yang benar/jujur” (49:10)

Dari Anas bin Malik berkata Rasulullah SAW: “ Tiga golongan yang merasakan manisnya iman: (1) mencintai Allah dan rasul-Nya, melebihi dari kecintaan kepada yang lainnyta, (2) mencintai orang lain hanya karena Allah dan (3) merasa benci kembali pada kekufuran setelah diselamatkan Allah, sebagaimana ia benci jika dilemparkan ke dalam neraka” (HR Bukhari Muslim)

Imam syahid Hasan al-Banna berkata:
“Datangkan kepadaku 12 ribu orang yang benar-benar beriman, agar kutundukkan pegunungan, kubelah samudera dan lautan, dan kubuka negeri-negeri bersama mereka
Keimananlah yang menjadi motivator manusia untuk melakukan perbuatan. Baik buruknya perbuatan manusia tergantung pada baik buruknya keimanan. Kondisi iman yang buruk akan menghasilkan perbuatan yang buruk. Kondisi iman yang baik akan melahirkan perbuatan yang baik pula.
Islam adalah agama yang berintikan keimanan dan perbuatan (amal). Keimanan itu merupakan akidah dan pokok. Amal itu merupakan syariat dan cabang-cabangnya yang dianggap sebagai buah yang keluar dari keimanan serta akidah itu. Keimanan dan amal adalah akidah dan syariat, keduanya sambung menyambung, tidak dapat berpisah satu dengan yang lain. Keduanya seperti buah dengan pohonnya, seperti musabab dengan sebabnya atau seperti natijah (hasil) dengan mukadimah (pendahuluannya).

Mengapa orang yang beriman beruntung?

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman” (23:1)
Allah menjanjikan keberuntungan yang besar bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah.

1. Diberikan ganjaran syurga yang abadi
“Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan berbuat kebaikan bahwasanya mereka itu akan memperoleh surga yang dibawahnya mengalir beberapa sungai” (2:25)

2. Dilimpahkan ketenangan hati dan kebahagiaan hidup
Kebahagiaan dan ketenangan sejati tak dapat diperoleh dengan harta, tempat tinggal, pakaian ataupun perhiasan. Tetapi kebahagiaan itu diperoleh dari dalam diri sendiri dan dari perasaan iman dan taqwa kepada Allah. Karena Allah-lah yang mengaruniai kebahagiaan. Karena itu beruntunglah orang yang bertaqwa dan beriman kepada Allah.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal shalih maka Tuhan yang Maha Pengasih akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang” (19:96)

Iman dan Kebanggaan

Jangan kamu merasa hina dan susah, kamu adalah orang-orang yang lenih tinggi kalau sekiranya kamu benar-benar BERIMAN” (3:139)
Umat Islam akan menjadi lebih tinggi derajatnya ketika mereka beriman. Imanlah yang akan melepaskan ikatan manusia dengan hawa nafsu dan thogut. Hanya mengabdi kepada Allah SWT. Dengan beriman kita menjadi umat yang merdeka. Ingat bahwa kemerdekaan adalah bebasnya hati dari ikatan thogut dan hawa nafsu meski secara fisik diikat atau di penjara. Sebaliknya manusia akan terus terjajah selama ia masih tunduk atas hawa nafsu dan thogut meski secara fisik ia adalah seorang raja. Iman di hati menjadi kebanggaan sekaligus menjadi syarat kejayaan umat.

Rabu, 18 Februari 2009

Menjaga hati


Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya dalam diri manusia terdapat segumpal darah, apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuhnya. Apabila ia buruk, maka buruklah seluruh tubuhnya ( alaa wahiyal qolbu ) ia adalah hati”.
( HR. Bukhori wa Muslim )

Pada awalnya setiap manusia memiliki sebuah hati yang bersih. Mereka dilahirkan kedunia dengan keadaan suci tanpa membawa suatu dosa. Sebagaimana sabda rasulullah Muhammad saw bahwa setiap bayi yang dilahirkan ke dunia dalam keadaan fitrah. Namun seiring dengan berjalananya waktu dan bertambahnya usia manusia, hati mulai dipenuhi oleh berbagai hal yang berasal dari luar, baik yang bersifat negatif maupun yang bersifat positif. Apabila hati dipenuhi oleh berbagai hal yang positif maka yang akan muncul dari pribadinya adalah sifat-sifat baik seperti kasih sayang, suka menolong, peduli terhadap sesama dan berbagai tindakan positif lainnya, yang tidak hanya menguntungkan bagi dirinya saja tetapi juga bagi orang di sekitarnya, insyaallah....

Lain halnya jika hati ternodai oleh sifat-sifat buruk, pikiran-pikiran negatif dan lain sebagainya. Tentu hal-hal tercelalah yang akan mendominasi kepribadiannya. Dan ini jelas tidak hanya merugikan dirinya sendiri, tetapi orang disekitarnya akan merasakan imbas dari perilaku buruknya.

Hati, menurut imam al ghozali dalam kitabnya, ihya ulummudiin, umpama prajurit pemburu. Badan adalah kendaraan (kuda) nya, sedangkan kemarahan dan syahwat adalah anjing-anjingnya. Maka tatkala kuda dan anjing-anjing itu tunduk kepadanya. Tercapailah apa yang ditujunya. Begitu pula tatkala qolbu itu mampu mengendalikan badan, kemarahan, dan syahwat, maka seseorang tersebut telah mencapai apa yang menjadi tujuan hidupnya yaitu ketentraman jiwa yang akan mengantarkannya pada kehidupan bahagia baik di dunia maupun diakhirat.
Masih menurut imam al Ghazali, hati ibarat sebuah cermin yang apabila cermin itu bersih maka akan tampak padanya sifat-sifat manusia. namun, ketika cermin itu tertutup oleh debu atau bahkan telah berkarat, sedangkan tidak ada yang menggosoknya, maka ia tidak akan bisa melihat perbuatannya itu baik atau buruk. Sehingga sulit baginya tuk melakukan perbaikan, karena ia tidak tahu dan sadar akan sikap buruk yang ia lakukan.

Sebaliknya, dengan cermin yang bersih, dengan hati yang bersih kita bisa melihat perbuatan kita, apakah itu baik atau buruk. Hal ini akan mempermudahkan kita tuk melakukan perbaikan setiap saat. Bagaimana caranya? Bisa dengan melakukan introspeksi diri. Dan inilah kiranya cara ampuh tuk menjaga hati agar tetap bersih. Terus apa manfaatnya ketika kita melakukan introspeksi diri? Minimal kita mampu melihat apa kesalahan-kesalahan yang telah kita perbuat dimasa lalu atau yang baru saja terjadi. Hal ini akan menuntun kita untuk senantiasa melakukan perbaikan diri. Sehingga kualitas iman menjadi lebih baik dan bermakna.

Bagaimana dengan cermin yang berkarat? Apa yang bisa kita andalkan dari sebuah cermin yang telah berkarat. Ia tidak lagi memiliki nilai yang lebih. Malah bisa digolongkan sebagai barang rongsokan. Mengapa? Karena memang ia tidak lagi berfungsi baik sebagai sebuah cermin yang digunakan tuk bercermin. Jika hati manusia seperti cermin berkarat, yang tidak bisa digunakan untuk berinstrospeksi tentu akan susah baginya untuk mengidentifikasi apakah perbuatannya itu Benar ataukah salah.

Inilah yang dimaksud dalam sabda Rasulullah SAW, “sesungguhnya hati itu berkarat seperti besi yang berkarat”. Ketika seorang sahabat bertanya: “Bagaimana menghilangkannya?” Beliau menjawab, “Mengingat mati dan membaca Al Qur’an "

Untuk bisa melewati syirat, seorang manusia membutuhkan modal dasar untuk melangkah menuju surga. Dan modal dasar itu tak lain adalah Qolbu. Qolbu atau hati yang bersih dan suci menjadikan sang pemiliknya melakukan ibadah dengan sungguh-sungguh dan penuh keikhlasan. Segala ibadah yang dilakukannya semata-mata untuk mengharapkan ridho Allah ta’ala. pikirannya jauh dari prasangka-prasangka buruk terhadap Tuhannya. Saat beribadah, ia selalu merasa bahwa Allah senantiasa mengawasinya, sehingga ia akan dengan sepenuh hati menjaga kualitas ibadahnya.

Rasulullah bertanya pada para sahabat, “Apakah yang dimaksud dengan ihsan?” rasulullah menjawab, “ Beribadahlah kepada Allah azza wa Jalla seakan-akan engkau melihatNya dan seandainya engkau tidak dapat melihatNya engkau yakin bahwa Dia melihatmu. (HR. Bukhori dan Muslim)

Sebuah syair yang indah dari Yahya bin Muadz Ar Razi ra. Menggambarkan tentang betapa besarnya peranan hati terkadap kehidupan manusia.
Beliau bersyair:

Padang di dunia ditempuh dengan jalan kaki dan padang di akhirat di tempuh dengan hati.”
“ Barang siapa yang memusatkan hatinya kepada Allah, niscaya akan terbukalah sumber-sumber hikmah dalam hatinya dan mengalir melalui lisannya”

Demikianlah bagaimana Allah menciptakan segumpak darah (hati) dan menaruhnya di dalam dada manusia agar manusia benar-benar menjaganya. Karena ia adalah kunci pembuka pintu surga.
Sebagaimana syair diatas, bahwa perjalanan ke akhirat pun harus ditempuh dengan hati tidak bisa dengan hanya bermodalkan dua kaki yang kecil. Tujuan yang besar harus ditempuh dengan modal yang besar pula. Yaitu dengan menjaga hati agar tetap bersih, tidak tercampur dengan noda-noda maksiat.

Semoga Allah senantiasa mengaruniakan hati yang senantiasa bersih dan memberikan kekuatan sabar pada diri kita agar bisa melawan hawa nafsu yang senantiasa berkecamuk dalam hati. Amin...

Masjid Tertua di Indonesia



Ambon - Seperti halnya sejumlah wilayah lain di Indonesia yang menyimpan sejarah peradaban agama-agama dunia, Provinsi Seribu Pulau, Maluku juga menyimpan peninggalan sejarah Islam yang masih ada dan tidak lekat dimakan zaman. Di utara Pulau Ambon, tepatnya diNegeri (desa) Kaitetu Kecamatan, Leihitu Kabupaten, Maluku Tengah, berdiri Masjid Tua Wapauwe. Umurnya mencapai tujuh abad.
Masjid ini dibangun tahun 1414 Masehi. Masih berdiri kokoh dan menjadi bukti sejarah Islam masa lampau.Untuk mencapai Negeri Kaitetu dimana Masjid Tua Wapauwe berada, dari pusat Kota Ambon kita bisa menggunakan transportasi darat dengan menempuh waktu satu jam perjalanan. Bertolak dari Kota Ambon ke arah timur menuju Negeri Passo. Di simpang tiga Passo membelok ke arah kiri melintasi jembatan, menuju arah utara dan melewati pegunungan hijau dengan jalan berbelok serta menanjak. Sepanjang perjalanan kita bisamenikmati pemandangan alam pegunungan, dengan sisi jalan yang terkadang memperlihatkan jurang, tebing, atau hamparan tanaman cengkih dan pala hijaumenyejukkan mata. Sebelum mencapai Kaitetu, kita terlebih dahulu bertemu Negeri Hitu, yang terletak sekitar 22 kilometer dari Ambon.
Sebuah ruas jalan yang menurun, mengantarkan kita memasuki Hitu. Pada ruas jalan tersebut kita disuguhi panorama pesisir pantai Utara Pulau Ambon yang indah dengan hamparan pohon kelapa dan bakau. Dari situ juga, kita dapat melihat dengan jelas Selat Seram dengan lautnya yang tenang. Tiba di simpang empat Hitu, kita harus membelokkan kendaraan ke arah kiri, atau menuju arah barat menyusuri pesisir Utara Jazirah Hitu. Baru setelah kita menempuh 12 kilometer perjalanan dari situ, kita akan menemukan Negeri Kaitetu.
KONSTRUKSI PELEPAH SAGUMasjid yang masih dipertahankan dalam arsitektur aslinya ini, berdiri di atas sebidang tanah yang oleh warga setempat diberi nama Teon Samaiha. Letaknya di antara pemukiman penduduk Kaitetu dalam bentuk yang sangat sederhana. Konstruksinya berdinding gaba-gaba (pelepah sagu yang kering) dan beratapkan daun rumbia tersebut, masih berfungsi dengan baik sebagai tempat ber-shalat Jumat maupun shalat lima waktu, kendatisudah ada masjid baru di desa itu.
Bangunan induk Masjid Wapauwe hanya berukuran 10 x 10 meter, sedangkan bangunan tambahan yang merupakan serambi berukuran 6,35 x 4,75 meter. Typologi bangunannya berbentuk empat bujur sangkar. Bangunan asli pada saat pendiriannya tidak mempunyai serambi. Meskipun kecil dan sederhana, masjid ini mempunyai beberapa keunikan yang jarang dimiliki masjid lainnya, yaitu konstruksi bangunan induk dirancang tanpa memakai paku atau pasak kayu pada setiap sambungan kayu.Hal lainnya yang bernilai sejarah dari masjid tersebut yakni tersimpan dengan baiknya Mushaf Alquran yang konon termasuk tertua di Indonesia.
Yang tertua adalah Mushaf Imam Muhammad Arikulapessy yang selesai ditulis (tangan) pada tahun 1550 dan tanpa iluminasi (hiasan pinggir). Sedangkan Mushaf lainnya adalah Mushaf Nur Cahya yang selesai ditulis pada tahun 1590, dan juga tanpa iluminasi serta ditulis tangan pada kertas produk Eropa.Imam Muhammad Arikulapessy adalah imam pertama Masjid Wapauwe. Sedangkan Nur Cahya adalah cucu Imam Muhammad Arikulapessy.
Mushaf hasil kedua orang ini pernahdipamerkan di Festival Istiqlal di Jakarta, tahun 1991 dan 1995.Selain Alquran, karya Nur Cahya lainnya adalah: Kitab Barzanzi atau syair puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW, sekumpulan naskah khotbah seperti Naskah KhutbahJumat Pertama Ramadhan 1661 M, Kalender Islam tahun 1407 M, sebuah falaqiah (peninggalan) serta manuskrip Islam lain yang sudah berumur ratusan tahun.
Kesemuanya peninggalan sejarah tadi, saat ini merupakan pusaka Marga Hatuwe yang masih tersimpan dengan baik di rumah pusaka Hatuwe yang dirawat oleh Abdul Rachim Hatuwe, Keturunan XII Imam Muhammad Arikulapessy. Jarak antara rumah pusaka Hatuwe dengan Masjid Wapauwe hanya 50 meter.
RENOVASIMasjid ini direnovasi pertama kali oleh pendirinya, Jamilu pada tahun 1464, tanpa merubah bentuk aslinya. Meski pernah mengalami dua kali pemindahan, bangunan inti masjid ini tetap asli. Bangunan ini mengalami renovasi kedua kali pada tahun 1895 dengan penambahanserambi di depan atau bagian timur masjid. Masjid berkali-kali mengalami renovasi sekunder setelah masa kemerdekaan Indonesia. Pada tahun 1959, atap masjid mulai menggunakan semen PC yang sebelumnya masih berkerikil. Setelah itu terjadi dua kali renovasi besar-besaran, yaitu pada Desember 1990-Januari 1991 dengan pergantian 12 buah tiang sebagai kolom penunjang dan balok penopang atap. Pada tahun 1993 dilakukan pergantian balok penadah kasau dan bumbungan, dengan tidak mengganti empat buah tiang sebagai kolom utama. Pada tahun 1997, atap masjid yang semula menggunakan seng diganti dengan bahan (semula) dari nipah. Atap nipah diganti setiap lima tahun sekali. Meski pernah direnovasi berkali-kali, masjid ini tetap asli karena tidak merubah bentuk inti masjid sama sekali. Sehingga, dapat dikatakan bahwa masjid ini sebagai masjid tertua di tanah air yang masih terpelihara keasliannya hingga kini.
Maret 2008 lalu, Masjid ini direnovasi kembali. Struktur atap yang terbuat dari pelepah sagu diganti yang baru.WARISAN SEJARAHBukan suatu kebetulan, Masjid Wapauwe berada di daerah yang mengandung banyak peninggalan purbakala. Sekitar 150 meter dari masjid ke arah utara, di tepi jalan rayaterdapat sebuah gereja tua peninggalan Portugis dan Belanda. Kini gereja itu telah hancur akibat konflik agama yang meletus di Ambon tahun 1999 lalu. Selain itu, 50 meter dari gereja ke utara, berdiri dengan kokoh sebuah benteng tua "New Amsterdam". Benteng peninggalan Belanda yang mulanya adalah loji Portugis.
Benteng New Amsterdam terletak di bibir pantai ini dan menjadi saksi sejarah perlawanan para pejuang Tanah Hitu melalui Perang Wawane (1634-1643) serta Perang Kapahaha (1643-1646)."Masjid ini memiliki nilai historis arkeologis yang penting. Didalamnya terpancar budaya masa lalu sehingga perlu kita lestarikan," kata Pejabat Negeri Kaitetu, Yamin Lumaela, di rumah Raja Negeri Kaitetu. Lumalea berharap, keberadaan Masjid Wapauwe besertabeberapa peninggalan sejarah Islam lainnya yang sudah tua, bisa menjadi salah satu wilayah atau daerah tujuan wisata di Kepulauan Maluku."Sebelum kerusuhan banyak wisatawan yang datang kemari. Kondisinya berubah saat konflik. Sekarang pengunjungnya sangat kurang," ungkapnya.
Berdirinya Masjid Wapauwe di Negeri Kaitetu tidak terlepas dari hikayat perjalanan para mubaligh Islam yang datang dari Timur Tengah membawa ciri khas kebudayaannya ke dalam tatanan kehidupan masyarakat yang mendiami bagian utara Pulau Ambon, yakni jazirah Hitu yang dikenal dengan sebutan Tanah Hitu. Ciri khas ini kemudian melahirkan satu peradaban yang bernuansa Islam dan masih bertahan dilingkungan masyarakat setempat hingga saat ini seperti, budaya kesenian (hadrat), perkawinan, dan khitanan.
Mulanya Masjid ini bernama Masjid Wawane karena dibangun di Lereng Gunung Wawane oleh Pernada Jamilu, keturunan Kesultanan Islam Jailolo dari Moloku Kie Raha (Maluku Utara). Kedatangan Perdana Jamilu ke tanah Hitu sekitar tahun 1400 M, yakni untuk mengembangkan ajaran Islam pada lima negeri di sekitar pegunungan Wawane yakni Assen, Wawane, Atetu, Tehala dan Nukuhaly, yang sebelumnya sudah dibawa olehmubaligh dari negeri Arab.
Masjid ini mengalami perpindahan tempat akibat gangguan dari Belanda yang menginjakkan kakinya di Tanah Hitu pada tahun 1580 setelah Portugis di tahun 1512. Sebelum pecah Perang Wawane tahun 1634, Belanda sudah mengganggu kedamaian penduduk lima kampung yang telah menganut ajaran Islam dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Merasa tidak aman dengan ulah Belanda, Masjid Wawane dipindahkan pada tahun 1614 ke Kampung Tehala yang berjarak 6 kilometer sebelah timur Wawane. Kondisi tempat pertama masjid ini berada yakni di Lereng Gunung Wawane, dan sekarang ini sudah menyerupaikuburan. Dan jika ada daun dari pepohonan di sekitar tempat itu gugur, secara ajaib tak satupun daun yang jatuh diatasnya. Tempat kedua masjid ini berada di suatu daratan dimana banyak tumbuh pepohonan mangga hutan atau mangga berabu yang dalam bahasa Kaitetu disebut Wapa. Itulah sebabnya masjid ini diganti namanya dengan sebutan Masjid Wapauwe, artinya masjid yang didirikan di bawah pohon mangga berabu.Pada tahun 1646 Belanda akhirnya dapat menguasai seluruh Tanah Hitu.
Dalam rangka kebijakan politik ekonominya, Belanda kemudian melakukan proses penurunan penduduk dari daerah pegunungan tidak terkecuali penduduk kelima negeri tadi. Proses pemindahan lima negeri ini terjadi pada tahun 1664, dan tahun itulah ditetapkan kemudian sebagai tahun berdirinya Negeri Kaitetu.
PINDAH SECARA GAIB Menurut cerita rakyat setempat, dikisahkan ketika masyarakat Tehala, Atetu dan Nukuhaly turun ke pesisir pantai dan bergabung menjadi negeri Kaitetu, Masjid Wapauwe masih berada di dataran Tehala. Namun pada suatu pagi, ketika masyarakat bangun dari tidurnyamasjid secara gaib telah berada di tengah-tengah pemukiman penduduk di tanah Teon Samaiha, lengkap dengan segala kelengkapannya. "Menurut kepercayaan kami (masyarakat Kaitetu, red) masjid ini berpindah secara gaib. Karena menurut cerita orang tua-tua kami, saat masyarakat bangun pagi ternyata masjid sudah ada," kata Ain Nukuhaly, wargaKaitetu.
Sementara itu, kondisi Mushaf Nur Cahya beserta manuskrip tua lainnya tampak terawat meskipun sudah mengalami sedikit kerusakan seperti berlobang kecil, sebagian seratnya terbuka dan tinta yang pecah akibat udara lembab. Menurut Rahman Hatuwe, ahli waris Mushaf Nur Cahya, kerusakan tersebut akibat faktor kertasnya yang sudah tua, debu, kelembaban udara serta insek (hewan) kertas. Dia menambahkan, pihaknya pernah mendapat obat serbuk (tidak disebutkan namanya) untuk menjaga keawetan manuskrip-manuskrip tua ini, hanya saja obat tersebut sudah habis."Alquran Nur Cahya ini masih jelas, dan waktu-waktu tertentu saya masih sering membaca (ayat-ayat suci Alquran dari Mushaf ini, red) seperti pada waktu Ramadan sekarang ini," kata Rahman yang adalah keturunan VIII Imam Muhammad Arikulapessy

Rabu, 11 Februari 2009

walisonggo of java


SUNAN KALIJAGA
( Raden Mas Said )
Among the Wali Songo Sunan Kalijaga occupies a special position. At once hero, mystic, artist, diplomat and magician, he is recognized above all as the great peacemaker and wise leader. Born Raden Mas Said, son of a Regent of Tuban, Sunan Kalijaga is said to have converted to Islam after an encounter with Sunan Bonang. Although he founded a religious centre at Kadilangu, Demak, where he was eventually buried, his activities were not limited to that district, nor even to Central Java. Sunan Kalijaga travelled widely, spending years in Cirebon and even visiting Sumatra. In the field of culture, Sunan Kalijaga played the role of transformer. By preserving yet altering traditional elements to suit the new religious climate, he thus ensured the continuity of Java's rich cultural heritage. His contributions to the development of classical music and to the wayang theatre are especially well known. The famous orchestra Gamelan Sekaten, originally created by Sunan Kalijaga for use in the Mosque of Demak, is preserved today in the Central Javanese courts of Solo and Yogyakarta.


SUNAN KUDUS
( Ja'far Shodiq )
As an historical figure, Sunan Kudus is difficult to pin down. An inscription discovered above the mihrab in the Al Aqsa Mosque in Kudus reveals that the building was founded in 956 H (A.D. 1549) by Ja'far Shodiq, who is generally identified with Sunan Kudus. The names 'Ja'far Shodiq' and even 'Kudus' itself, however, have puzzled historians, since the former was the name of an 8th century Persian Imam (Muslim spiritual leader), and Kudus (Arabic Al Quds = Holy City) was the ancient name for the city of Jerusalem. What, if any, are the connections ? Local Javanese sources state that Sunan Kudus was a man of great learning, as well as a poet and philosopher.

SUNAN MURIA
( Raden Umar Said )
Raden Umar Said, later to become known as Sunan Muria, is usually considered to have been the son of Sunan Kalijaga. His field of operation lay chiefly in the area surrounding Mt Muria, including towns like Pati, Juwana, Kudus and Jepara. He is said to have been a loyal supporter of the kingdom of Demak and assisted in the construction of the Great Mosque. As to his character and teaching methods, Sunan Muria is reputed to have preferred moving among the lower stratum of society, often travelling far away from major towns to preach in isolated areas. His sympathy towards many elements of traditional Javanese culture, some of which, like the gamelan orchestra, he adapted and used in the course of teaching, won him both popularity and respect.

SUNAN GUNUNGJATI
( Syarif Hidayatullah )
Syarif Hidayatullah, Muhammad Nuruddin, Sayyid Kamil, Syekh Nurullah and Faletehan are just some of the names which have been given to Sunan Gunung Jati, the wall who is said to have converted the western third of Java to Islam virtually single-handed and to have founded the independent State of Cirebon. Concerning the birth, life and death of this member of the Wali Songo there are several conflicting stories, yet the main thread runs as follows: Syarif Hidayatullah, or Syekh Nurullah, was born in Pasei, North Sumatra. According to some, he was the son of Syekh Maulana Ishak and half-brother of Sunan Giri. Following the Portugese invasion of his homeland in 1521 he travelled to Mecca, where he stayed for three years. On his return he entered the service of Sultan Trenggana of Demak, whose younger sister he married.
During the next few years, as a brilliant military commander, he succeeded in subjugating the north west coast of Java as well as the State of Banten. After successfully blocking an attempt by the Portugese to land at Sunda Kelapa (Jakarta) in 1527, he settled in the region of Cirebon, where he continued to live and teach until his death in A.D. 1570.

Sunan Bonang
( Raden Makhdum Ibrahim)
Raden Makhdum Ibrahim, or Sunan Bonang, was the eldest son of Sunan Ampel of Surabaya. As a young man he travelled together with Raden Paku (Sunan Giri) to North Sumatra, where he received religious education from Syekh Maulana Ishak. Following his return to Java he settled at Bonang on the north coast. It is said that Sunan Bonang did not marry and left no descendants, preferring instead to devote his life to spreading the religious message. He is also believed to have been the first Imam of the Great Mosque in Demak, which he assisted in constructing.
According to one story, Sunan Bonang was responsible for the conversion to Islam of another member of the Wali Songo, Sunan Kalijaga. Not suprising then that he, like his famous student, is highly venerated. An account of the death of Sunan Bonang, apparently in A.D. 1525, records that it had been planned for his remains to be shipped from Bonang to Surabaya, where he was to be buried alongside his father. Due to the rough conditions at sea, however, it was impossible to sail further than Tuban. for which reason his grave is found there today.


Maulana Malik Ibrahim
( Syekh Maghribi )
Maulana Malik Ibrahim, also known as Syekh Maghribi, is generally considered to be the 'father'of the Wali Songo. Little is known about his origins, although it has. been suggested that he came either from Persia, Turkey, or Northern India. A possible date for his arrival in Java is A.D. 1404. As one of Indonesia's pioneers in the spreading of the Islamic faith, he was based in East Java and attracted converts in the region of Gresik, where he died in 822 H. (A.D. 1419). His tombstone is of particular interest, since it was not made locally but ordered and shipped to Java from Gujarat in north western India. The stone, carved from white marble and intricately inscribed with Arabic letters, is one of a very few which have found their way to Indonesia. Other examples are known to exist in Palembang and in the North Sumatran province of Aceh.

Sunan Ampel
( Raden Rachmat )
If Maulana Malik Ibrahim community in Java, then Sunan Ampel of Surabaya is recognized as the figure who cultivated and consolidated the influence of his predecessor. Tradition has it that Sunan Ampel was a kind of 'older brother', to whom the other walls went for guidance. Indeed, two members of the Wali Songo, Sunan Bonang and Sunan Drajat, were his own sons. It is said further that Sunan Ampel was the spiritual force behind the founding of Java's first Islamic kingdom in Demak. As to the origins of Sunan Ampel, it is believed that his father Syekh Maulana Ibrahim Asmorokondi,who came from the Middle East or somewhere in Central Asia, married a princess of Campa, from where the young Raden Rachmad (Sunan Ampel) arrived in Java early in the 15th century. He died in A.D. 1479 and was buried at Ngampeldenta, Surabaya.


Sunan Giri
( Raden Paku)
A mong the traditional literature relating to the Wali Songo the name of Sunan Giri is especially prominent. Furthermore, his names are many, among them Raden Paku, Sultan Abdul Fakih, Maulana 'Ainul Yaqin, as well as Joko Samudra. This last name is connected with the semi- legendary account of his early years. The story goes that he was born from the marriage of a Muslim scholar named Maulana Ishak with a princess of the East Javanese kingdom of Blambangan. Forced to abandon the child shortly after his birth, his mother set him adrift on the ocean from where he was rescued by sailors and brought to Gresik. Here he was adopted by a woman named Nyai Gede Pinatih, who was a ship owner and the sailors' employer.

She subsequently named the young boy Joko Samudra, 'Samudra' meaning ocean. When he was old enough, Joko Samudra was taken by his mother to Surabaya, where he began receiving religious instructions from Sunan Ampel. It was not long before the teacher discovered the boy's true identity and thus, when he considered that the student had learned enough, sent him, together with his own son Makhdum Ibrahim (later to be known as Sunan Bonang), to broaden his education further afield. It is said that the two travelled to Aceh, or possibly Malacca, where they were received by Maulana lshak. Here, Joko Samudra, or Raden Paku as he was known by now, learned of his real parents and the story of his abandonment. After three years of study with his father, Raden Paku returned to Gresik, where he founded a religious institution on the hill at Giri.


Sunan Drajat
( Raden Qosim)
Sunan Drajat, also known as Syarifuddin, or Raden Qosim, was the second son of Sunan Ampel and younger brother of Sunan Bonang. He received religious training from his father in Surabaya, following which he moved to the region of Paciran, settling in the village of Jelag. After about two years he had attracted quite a large following and in A.D. 1502 built a mosque, the official opening of which was attended by the other members of the Wali Songo. The village of Jelag, later to be known as Drajat, was eventually granted to the Sunan and his descendants as a token of respect by the Sultan of Demak. Sunan Drajat is best known for his social activity and charitable works, which he carried out in the Paciran area for almost forty years. He is said to have created the Gending Pangkur, a special melody for the traditional Javanese gamelan orchestra, with which he converted the local populace. Some fragments of these ancient instruments have been preserved and are now on display in a small museum next to the Sunan's tomb.

The Wali Songo are revered throughout Indonesia as the wise men who brought Islam initially to Java but ultimately throughout the isles. Wali, which is used today to denote a civic leader as in Wali Kota or Mayor, Songo means nine. History though likes to play tricks with us and while their legacy is clear who they were and indeed how many there were is less clear. They rose to prominence along the north coast of java as the Majapahit empire, predominately Hindu, was fading.

Sunan kalijaga

Menurut riwayat, Sunan Kalijaga mula-mula berguru kepada Sunan Bonang. Setelah itu, beliau berguru kepada Sunan Gunung Jati di Cirebon, dan memohon agar seluruh ilmu Sunan Gunung Jati diwwejangkan kepadanya.

Disebutkan dalam literatur Jawa, beliau berguru pula kepada para Wali yang lain sehingga meskipun beliau dikenal sebagai wali termuda tetapi merupakan murid yang paling pandai.

Menurut pendapat ini, guru memiliki hanya sebatas kemampuan ilmu yang mereka miliki masing-masing, sedangkan ilmu yang dimiliki sunan Kalijaga mencakup semua ilmu wali-wali itu. Lebih dari itu sunan Kalijaga tidak cukup berguru kepada sesame Walisongo di tanah jawa saja, bahkan dikabarkan beliau berguru pula kepada Nabi Khidir a.s., sebagaimana dahulu Nabi Musa a.s. pernah berguru kepada Nabi penjaga laut itu. Apakah beliau berguru kepada Nabi Khidir melalui alam ghaib ataukah dalam kenyataan seperti yang disebut-sebut dalam babad-babad Jawa, masih merupakan suatu teka-teki yang besar.

Diberitakan, Sunan Kalijaga berguru pula kepada Dara Petak di Palembang. Lalu dilanjutkan dengan berguru kepada Syaikh Sutabris di Pulau Upih (Malaka). Menurut Dr.Hoesein Djajadiningrat, Syaikh Sutabris adalah sebutan ringkas dari Syamsudin Tabris atau Syamsudin Ath-Thabrizi yaitu Syamsudin Thabriztan penulis Diwan-i Syams i Tabriz.

Dalam sejarah kebudayaan Persia, nama tokoh ini amat terkenal dan bertalian sangat erat dengan riwayat hidup Jalaludin Rumi (wafat tahun 1273 M) penyair sufi terkenal dari Persia. Syamsyudin Ath Tabrizi telah meninggal akibat pembunuhan yang kejam oleh lawan mazhabnya pada tahun 645 H/ 1274 M, sedangkan masa hidup Sunan Kalijaga adalah beberapa abad sesudahnya. Dari sini dapat dinyatakan bahwa tidak mungkin Sunan kalijaga berguru langsung kepada Syaikh in sebagaimana tak mungkin sebebnarnya berita-berita di Jawa yang menyatakan bahwa Syaikh Sutabris dapat berpindah kediaman ke Demak setelah berdirinya Kerajaan Islam Demak dan kemudian wafat dan dikuburkan ke Demak.

Adapun yang lebih mendekati kemungkinan ialah bahwa Sunan Kalijaga berguru kepada seorang mu’alim di Malaka yang menguliahkan pikiran-pikiran Syaikh Sutabris berdasar atas kitab peninggalannya itu.Melalui pertautan mata rantai Sunan Kalijaga dengan Syaikh Sutabris di atas, maka dapatlah kita mereka-reka jalan pikiran, per sikap, dan peri hidup sunan Kalijaga yang kiranya tentu banyak dipengaruhi oleh jalan pikirandan sikap hidup gurunya.

Sebagaimana diketahui, Syaikh Sutabris dikenal sebagai darwis pengembara, sufi yang telah sampai kepada derajat fakir, tiada membutuhkan tempat kediaman tertentu, berpindah-pindah dan berkeliling dari suatu tempat ke tampat yang lain. Sedangkan kehidupan Sunan Kaljaga memang sesuai dengan kehidupan seorang darwis. Beliau selalu mengembara ke berbagai tempat. Sekali waktu Sunan Kalijaga diberitakan berada di Tegal menggerang barongan dan dijuluki Ki benguk yang mendalang dengan upahan kalimat Syahadat. Pada saat lain lagi diberitakan bahwa Sunan Kalijaga sudah berada di Pajajaran, mendalang Pantun dengan berjuluk Ki Seda Brangti, dan pada kesempatan yang lain sudah berada di kawasan Majapahit terus ke Blambangan. Di wilayah bagian Jawa timur itu Sunan Kalijaga mendalang wayang kulit danmenyamarkan dirinya dengan nama Kuncara purba.

Sebentar kemudian lagi terdengar pula bahwa beliau sudah di bagian Jawa Tengah selatan yaitu di daerah Bagelen, Mataram, Bukit Jabalkat di tembayat untuk mendekati tokoh-tokoh tua di daerah itu agar masuk ke dalam islam. Mereka itu adalah antara lain Ki Cakrajaya.

Dalam Diwan-i Syams-i Tabriz, menurut penyelidikan Nicholson, terdapat bukti-bukti adanya jalan pikiran “ideal artistik” gaya Socrates. Jalan pikiran ini cenderung meremehkan pengetahuan dan aspek lahiriyah dan sangat mementingkan kebatinan sepertin nilai-nilai cinta.

Hanya saja tentang ini Nichholson menambahi dengan komentar:“ but wild captures and arrogant defiance of every human law can ill atone for the lack of that sweet-reasonableness and moral grandeur which distinguish the sage from devotee.

Orientalis itu menyayangkan bahwa gairah yang berkobar dan sikap acuh tak acuh bertentagn dengan hukum alami tabiat manusia dipandang dapt meringankan penderitaan seseorang akibat diri kekurangan ma’quli (penalaran) yang manis dan keangungan budi yang bisa membedakan antara yang ‘arif (pengetahuan yang bijaksana) dan muthi (patuh). Dalam kaitan inikalau kita perhatikan, pengaruh Sunan Kalijaga sangat besar terhadap masyarakat Jawa Tengah, sedang jalan pikiran masyarakat Jawa Tengah yang kita saksikan sekarang dikuasai oleh ukuran-ukuran rasa (Jawa : rasa, raos, rumangsa) yang emosional-artistik.

Hal ini lebih diperkuat dengan dengan adanya kemungkinan pengaruh cara berpikir Sunan Kalijaga dengan Socrateisme yang ideal-artstik dari diwan-i Syams-i Thabriz. Gaya ini kemudian diwariskan pada masyarakat Jawa Tengah yang memang sangat mencintai beliau. Dalam menyampaikan gagasannya Syaikh Tabriz banyak memakai cara pengajaran dan penyajian buah pikiran melalui syair denga lagu gazal. Mungkinkah Sunan Kalijaga yang banyak menciptakan kidung, suluk atau nyanyian keramat dan liturgis yang banyak tersebar di kalangan rakyat seperti Kidung Rumeksa ing Wengi juga menjadi bukti akan besarnya pengaruh cara-cara sang guru Syaikh Sutabris terhadap beliau?Syaikh Tabriz banyak mempengaruhi dan membentuk cara berpikir Jalaludin Rumi, karena Syaikh Tabriz memang guru teologi dan mistik sekaligus kawan sang penyair. Selain oleh Tabriz, ternyata jiwa dan kepribadian Jalaludin Rumi terbentuk dan terpengaruh oleh Fariduddin Attar yang telah menghadiahkan kitab karangan Asrar Nama (Kitab Rahasia) kepada Rumi pada waktu beliau masih berusia 3 tahun.

Kalau kita bandingkan dua orang sufi penyair, Attar dengan rumi, ternyata keduanya sama-sama memiliki kekayaan imajinasi dan lancar berkomunikasi. Dengan karunia itu mereka mengutarakan buah pikiran melalui syair-syair berbentuk gazal, masnawi, baharramal samapi tercipta cerita penuh ibarat. Semuanya bersumber dari lubuk hati, yang dipenuhi rasa cinta, rindu dendam, dan asyik akan Tuhan. Misalnya saja syair-syair hikayat Manthiq Al-Thayr (Percakapan Burung-burung) dari Atthar atau syair usaha makhluk untuk bersatu dengan Tuhan yang berakhir dan mencapai klimaksnya pada wihdatul wujud.


di pihak lain, hasil karya Sunan Kalijaga yang berbentuk kidung dan suluk juga berisi kisah, cerita, tamsil serta ibarat. Diantaranya yang masyahur adalah cerita wayang Dewa Ruci yang di dalamnya berkisah tentang Aria Sena atau Bima mencari Jejering Pangeran (Hadhirat, atau letak kedudukan Tuhan) yang berakhir dan mencapai klimaks usahanya lebur merasuk ke dalam telinga Dewa Ruci.

Untuk melihat kedudukan Sunan Kaijaga ini kita lengkapi dengan mempertalikan sederetan syair-syair Melayu Lama yang banyak dipengaruhi oleh suasana keislaman semisal syair-syair Hamzah Fansuri. Dalam pertalian riwayat-riwayat dan perkisahan dalam babad-babad Jawa dengan hasil karya Rumi dan At thar akan membuktikan bahwa Sunan Kalijaga alias Syaikh Malaya itu merupapak “saudara” seperguruan dengan Jalaludin Rumi. Perbedaannya, kalau Rumi berguru langsung dan konkret kepada pribadi Syamsudin At Tabriz, sedangkan Sunan Kalijaga hanya berguru pada buah pikiran beliau yang telah terhimpun dalam Kitab peninggalan Syiakh Sutabris (sebutan lain Syamsu Tabriz), yaitu melalui seorang mu’alim yang mengajar di Pulau Upih, Malaka.Dalam Manthiq Al-Thayr antara lain disebutkan bahwa tingkat fana’ yang dicapai oleh Simurak (Salik atau Pelintas Jalan) yang dilukiskan oleh AtThar sebagai berikut:“Hadrat ini adalah kaca, siapa yang datang kemari, tidaklah akanmelihat selain dirinya sendiri.


Tuan datang Simurak (tiga puluh), tentu yang akan Tuan lihat ialah Simurak. Yah, betapa penglihatan bisa melihat kami? Bagaimana mata langit dapat mengukur bintang Suraya?”Dalam syair-syair wejangan Sunan Tembayat kepada Syaikh Domba yang selalu mengirinya ketika mencari Sunan Kalijaga, kita bisa mengetahui ajaran-ajaran Sunan Kalijaga yang diwejangkan kepada Sunan Tembayat, melalui langgam Dandanggula berikut ini:


“utamanae manungsa linuwih I jroning urip anglakoni pejah I den panggih rupa rasane I upama ngilo iku I wewayangan sejroning cermin I kembar rupa lan rasane I lan ngilo iku I kang aneng sajroning kaca I ia sira jenenge kawula jati I kang ngilo Sukma purba”

IISyair-syair Matsnawi Rumi, dengan ‘Asyiq-nya.“Karamkanlah aku di dalam rindu/mencari Dia, mendekati Dia/Dan telah tenggelam pula/nenekku dulu;Dan yang kemudian/mengikut pula/kalau kukatakan bibirnya/Itulah ibarat dari bibir pantai lautan/yang luas tak tentu tepinya/Dan jika kukatakan la/ tujuku ialah illa.”

Kidung Hamzah Fansuri:“wujud Alloh nama perahunya/iman Alloh nama kemudinya/yakin akan Alloh adalah nama pawangnya/taharat dan istinja’ nama lantainya/kufur dan ma’siyat air ruangnya/tawakkal akan Alloh juru batunya/tauhid itu akan sauhnya/illa akan talinya/Kamal Alloh adalah tiangnya.”

Selain itu, sesuatu yang mungkin berasal dari pancaran pribadi dan pengaruh Syamsudin ath-Thabrizi pada diri Sunan Kalijaga ialah keuletan wali ini, kegigihan dan keikhlasannya dalam hidup dan perjuangan untuk mengembangkan agama dan paham beliau. Semua sifat ini memang terdapat dalam diri Syamsu Tabriz, dan pantulannya memancar dari pribadi Jalaludin Rumi dengan pendirian bahwa hidup tidak boleh menyerah kalah begitu saja. Seruak segala gatal, rambah segala onak dan duri, hadapi perjuangan hidup dan bekerja terus, berjuang terus.

Manusia diberi kebebasan di bumi, dikirim kemari buat berjuang, buat bertumpah keringat, mencari jalan pulang!Sunan kalijaga (1) selesai.

Tulisan ini diambil langsung dari buku berjudul “Mengislamkan Tanah Jawa:Telaah Atas Metode Dakwah Walisongo” karya Widji Saksono, yang diterbitkan oleh Penerbit mizan Januari 1995 dan Juli 1995.

Selasa, 10 Februari 2009

Majelis Bodho tobat

perkenalkan namaku abdul rosid,perkenalanku dengan majelis bodho tobat berawal dari sakitnya ibuku yang menderita penyakit struk secara kebetulan saya diperkenalkan oleh teman dengan seorang ahli terapi yang bernama mashudi atau sering dipangil mbah hudi .setelah proses terapi sekitar 3 bulan allhamdulillah dengan pertolongan Allah SWT. lewat tangan beliau ibu saya berangsur-angsur membaik .ketika proses terapi beliau mengajak seorang teman yang kemudian dikenalkan dengan saya yang bernama Pak ragil.lalu terjadi obrolan-obrolan masalah agama,pekerjaan dsb, kemudian beliau bercerita kalau dirumah ada istiqosah setiap rabu malam kamis legi dari situlah saya mulai ikut istiqosah sampai sekarang. inilah kisahnya...
  • MAJELIS BODHO TOBAT

berdiri sejak 5 tahun yang lalu,tepatnya diperumkaliwunggu.majelis ini didirikan oleh kyai ahmad syfruddin atau yang lebih dikenal dengan sebutan yi ragil.arti "Bodho tobat" berasal dari kata : bodho(bahasa jawa) berarti bodoh,Tobat berarti sadar/dengan tidak mengulangi perbuatanya lagi.mengapa beliau memberi nama itu karena beliau merasa bodoh ketika beliau mempelajari agama islam karena begitu luas ilmu Allah yang belum beliau ketahui.majelis yang dulunya cuma beberapa orang atas ridho ALLAH sekarang berjumlah ratusan atau lebih itu bisa dilihat waktu saya mengikuti istiqosah.

beliau selalu mengajarkan islam dengan perbuatan dan sedikit dengan ucapan.karena menurut beliau tingkah laku lebih mengena dari pada lisan sama yang dicontohkan oleh nabi Muhammad SAW.ajaran Islam untuk dijalankan bukan untuk dibicarakan atau sekedar untuk bahan-bahan obrolan.beliau tidak pernah membeda-bedakan siapapun yang datang silaturahmi kerumah ataupun kemajelis.sampai beliau punya murid kesayangan non islam yang sering ikut istiqosah.

kemudian beliau mendirikan majelis lagi disemarang tepatnya didaerah mangkang kulon irigasiraya semarang.awal mula beliau kedaerah mangkang karena didaerah itu berdekatan dengan lokalisasi gambilanggu dan terkenal dengan (molimo).pertama beliau datang beliau mampir disebuah warung makan yang pada waktu itu disitu adalah tempat orang minum-minuman keras.beliau kemudian berkenalan dengan penduduk salah satunya bernama matari.awalnya beliau berniat menyewa tambak kemudian pak mat yang mencarikannya setelah yai ragil mengadakan pendekatan dengan masyarakat alhamdulillah dengan ijin ALLAH pintu hidayah datang dan membukakan hati masyarakat sehingga yang dulunya suka molimo berangsur-angsur membaik. jadi jangan heran kalau dalam istiqosah kita menjumpai orang-orang yang bertato atau mantan preman karena mereka sekarang sudah bertaubat.subhanallah...

kemarin saya pendapat pencerahan dari yai tentang keikhlasan yang akan saya uraikan sbb: Setiap hamba Allah memiliki kemampuan dan kemauan dalam beribadah yang berbeda-beda. Sedangkan nilai ibadah seorang hamba di hadapan Allah ditunjukkan dengan ikhlasnya dalam beramal. Tanpa keikhlasan takkan berarti apa-apa amal seorang hamba. Tidak akan ada nilainya di sisi Allah jika tidak ikhlas dalam beramal. Niat adalah pengikat amal.

Keikhlasan seseorang benar-benar menjadi teramat sangat penting dan akan membuat hidup ini menjadi lebih mudah, indah dan jauh lebih bermakna. Balasan yang dinikmati oleh hamba Allah yang ikhlas adalah akan memperoleh pahala amal, walaupun amalan tersebut belum dilakukan. Disamping itu akan merasakan ketentraman jiwa, ketenangan batin. Betapa tidak? Karena dia tidak diperbudak oleh penantian untuk mendapatkan pujian, penghargaan atau imbalan. Dipuji atau tidak sama saja.

KONSENTRASIKAN AMALMU HANYA KEPADA ALLAH
Orang yang ikhlas adalah orang yang tidak menyertakan kepentingan pribadi ataupuan imbalan duniawi dari apa yang dapaat dia lakukan. Konsentrasi orang ikhlas hanya satu, yakni bagaimana agar apa yang dilakukannya diterima oleh Allah. Berhati-hatilah bagi orang-orang yang ibadahnya temporal, karena bisa jadi perbuatan tsb merupakan tanda-tanda keikhlasan belum sempurna.
Yang ukuran nilai ibadahnya adalah duniawi. Misalnya ketika wudlu…ternyata disamping ada seoran yang cukup terkenal dan disegani, makan wudlu kita pun secara sadar atau tidak tiba-tiba dibagus-baguskan. Hamba Allah yang ikhlas mampu beribadah secara istiqamah dan terus menerus kontinyu. Orang-orang yang ikhlas adalah orang yang kualitas amalnya dalam kondisi ada atau tidak adanya orang yang memperhatikan adalah sama. Berbeda dengan orang yang kurang ikhlas, ibadahnya justru lebih bagus ketika ada orang lain memperhatikannya.

Seorang pembicara yang tulus tidak harus merekayasa aneka kata-kata agar penuh pesona, tetapi dia usahakn agar setiap kata-kata yang diucapkan benar-benar menjadi kata-kata yang disukai Allah. Bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya, dan maknanya. Selebihnya terserah Allah, kalau ikhlas walaupun sederhana kata-kata kita, Allah-lah yang Maha Kuasa menghunjamkannya ke dalam setiap kalbu. Oleh karena itu tidak perlu terjebak oleh rekayasa-rekayasa. Allah samasekali tidak membutuhkan rekayasa karena Dia Maha Tahu segala lintasan hati, Maha Tahu segalanya! Semakin jernih, semakin bening, dan semakin bersih segala apa yang kita lakukan atau semakain seluruh aktivitas ditujukan semata-mata karena Allah, maka kekuatan Allah lah yang akan menolong segalanya.

IKHLAS, RAHASIA PARA KEKASIH ALLAH
Seorang sahabat dengan mimik serius mengajukan sebuah pertanyaan,“Ya kekasih Allah, bantulah aku mengetahui perihal kebodohanku ini. Kiranya engkau dapat menjelaskan kepadaku, apa yang dimaksud ikhlas itu?
“ Nabi SAW, kekasih Allah yang paling mulia bersabda,“Berkaitan dengan ikhlas, aku bertanya kepada Jibril a.s.apakah ikhlas itu?Lalu Jibril berkata,“Aku bertanya kepada Tuhan yang Maha Suci tentang ikhlas, apakah ikhlas itu sebenarnya?“ Allah SWT yang Mahaluas Pengetahuannya menjawab,“Ikhlas adalah suatu rahasia dari rahasia-Ku yang Aku tempatkan di hati hamba-hamba-Ku yang Kucintai.“(H.R Al-Qazwini)

Dari hadits diatas nampaklah bahwa rahasia ikhlas itu diketahui oleh hamba-hamba Allah yang dicintai-Nya. Untuk mengetahui rahasia ikhlas kita tidak lain harus menggali hikmah dari kaum arif, salafus shaalih dan para ulama kekasih Allah. Antara lain Imam Qusyaery dalam kitabnya Risalatul Qusyairiyaah menyebutkan bahwa ikhlas berarti bermaksud menjadikan Allah sebagi satu-satunya sesembahan. Keikhlasan berarti menyucikan amal-amal perbuatan dari campur tangan sesama makhluk. Dikatakan juga keikhlasan berarti melindungi diri sendiri dari urusan individu manusia.

TANDA-TANDA IKHLAS SEORANG HAMBA
1. Tidak mencari populartias dan tidak menonjolkan diri
2. Tidak rindu pujian dan tidak terkecoh pujian.Pujian hanyalah sangkaan orang kepada kita, padahal kita sendiri yang tahu keadaan kita yang sebenarnya. Pujian adalah ujian Allah, hampir tidak pernah ada pujian yang sama persis dengan kondisi dan keadaan diri kita yang sebenarnya. 3. Tidak silau dan cinta jabatan
4. Tidak diperbudak imbalan dan balas budi
5. Tidak mudah kecewa. Seorang hamba Allah yang ikhlas yakin benar bahwa apa yang diniatkan dengan baik lalu terjadi atau tidak yang dia niatkan semuanya pasti telah dilihat dan dinilai oleh Allah SWT. Misal ketika kita menjenguk teman sakit di RS luar kota, ternyata ketika kita sampai yang bersangkutan telah sembuh dan pulang. Tentu sjaa kita tidka harus kecewa karena niat dan perjalan termasuk ongkos dan keletihannya sudah mutlak tercata dan tidak akan disia-siakan Allah. Seorang hamba yang ikhlas sadar bahwa manusia hanya memiliki kewajiban menyempurnakan niat dan menyempurnakan ikhtiar. Perkara yang terbaik terjadi itu adalah urusan Allah. Masalah kekecewaan yang wajar adalah jika berhubungan dengan urusan dengan Allah, kecewa ketika ternyata sholatnya tidak khusyu‘, ibadahnya tidak meningkat dsb.nya.
6. Tidak membedakan amal yang besar dan amal yang kecil
7. Tidak fanatis golongan
8. Ridha dan marahnya bukan karena perasaan pribadi
9. Ringan. Lahap dan nikmat dalam beramal
10. Tidak egis karena sellau mementingkan kepentingan bersama.
11. Tidak membeda-bedakan pergaulan.

IKHLASNYA SEORANG MUQARABBIN
Dalam kitab Al Hikan, karya Syeikh Ibnu Atho’ilah tentang kedudukan seorang hamba dalam amal perbuatannya, terdapat dua tingkatan kemuliaan seorang hamba ahli ikhlas, yakni hamba Allah yang abrar dan yang muqarrabin. Keikhlasan seorang abrar adalah apabila amal perbuatannya telah bersih dari riya‘ baik yang jelas maupun tersamar. Sedangkan tujuan amal perbuatannya selalu hanya pahala yang dijanjikan Allah SWT. Adapun keikhlasan seorang hamba yang muqarrabin adalah ia merasa bahwa semua amal kebaikannya semata-mata karunia Allah kepadanya, sebab Allah yang memberi hidayah dan taufik.

Dengan kata lain, amalan seorang hamba yang abrar dinamakan amalan lillah, yaitu beramal karena Allah. Sedangkan amalan seorang hamba yang muqarrabin dinamakan amalan billah, yaitu beramal dengan bantuan karunia Allah. Amal lillah menghasilkan sekedar memperhatikan hukun dzahir, sedang amal billah menembus ke dalam perasaan kalbu. Pantaslah seorang ulama ahli hikmah menasihatkan,
“Perbaikilah amal perbuatanmu dengan ikhlas, dan perbaikilah keikhlasanmu itu dengan perasaan bahwa tidak ada kekuatan sendiri, bahwa semua kejadian itu hanya semata-mata karena bantuan pertolongan Allah saja.“
itu semua adalah sedikit ulasan tentang ikhlas yang saya dapat,intinya kita harus berserah diri pada Allah.semoga Allah selalu meridhoi kita amin...

bersambung...

Sabtu, 07 Februari 2009

Kisah taubat seorang tabi'in

Siapa Malik bin Dinar?Beliau adalah seorang Tabi'in, dan dikenali kerna selalu menangis sepanjang malam sambil berkata,



"Ya Rabbku, Kau sendirilah yang tahu penghuni syurga dari penghuni neraka, lalu aku termasuk yang mana?


Ya Allah, jadikanlah aku dari penghuni syurga, dan jangan Kau jadikan aku dari penghuni neraka."Perhatikanlah ibadahnya! Inilah Malik bin Dinar.
Tapi, di awal hidupnya beliau tidak memiliki ketaqwaan seperti ini. Beliau berkata, "Aku memulai hidupku dengan sia-sia, banyak minum dan banyak berbuat maksiat. Aku berbuat zalim pada manusia, aku melakukan kezaliman. Tiada maksiat yang tidak kulakukan. Aku sangat jahat, sehingga manusia menjauhiku."Apakah Malik bin Dinar seperti itu? Ya, dulu beliau seperi itu. Lalu beliau berkata lagi,"Tapi di suatu hari, aku ingin menikah dan memiliki anak.

Maka aku pun menikah dan isteriku melahirkan anak yang kuberi nama Fatimah. Aku sangat mencintainya. Setiap kali Fatimah bertambah besar, imanku pun bertambah dan maksiatku berkurang. Mungkin Fatimah tahu kalau aku memegang botol khamr, lalu ia mendekat padaku,aku menjauhkan botol itu darinya, sedang ia baru berusia 2 tahun. Seakan Allah menjadikan ia melakukan itu. Setiap kali Fatimah bertambah besar, imanku pun bertambah.

Dan semakin aku selangkah lebih dekat dengan Allah, maka aku sedikit demi sedikit jauh dari maksiat, hingga usia Fatimah genap 3 tahun.""Ketika usianya 3 tahun, ia mati......"."Maka hidupku berubah menjadi lebih teruk dari dahulu. Aku belum memiliki kesabaran orang yang beriman yang menguatkanku menerima bala', sehingga syaitan mempermainkanku.
Sehingga datang suatu hari, maka ia berkata,"Mabuklah kau yang mana kau belum pernah mabuk seperti itu sebelumnya.....".Maka aku pun ingin mabuk, aku ingin minum khamr, sehingga aku minum semalaman.""Lalu aku bermimpi yang menebus kesedaranku. Aku bermimpi melihat diriku pada hari kiamat.

Ketika matahari menjadi gelap, lautan berubah menjadi api, bumi bergoncang, dan manusia berkumpul di hari kiamat, manusia berbondong-bondong, aku bersama manusia, aku mendengar ada yang menyeru,"Fulan bin Fulan kemarilah menghadap pada Yang Maha Berkuasa.""Aku lihat wajah Fulan bin Fulan itu berubah menjadi hitam kerana ketakutan. Sehingga aku mendengar si penyeru itu memanggil Malik bin Dinar.
Manusia di sekelilingku hilang, seakan tidak ada orang di bumi Masyar itu. Lalu aku melihat ular besar lagi ganas berjalan ke arahku sambil membuka mulutnya. Aku pun berlari ketakutan, hingga aku menemukan lelaki tua lagi lemah dan aku berkata,'Tolonglah aku dari ular itu.'Ia berkata,'Anakku, aku lemah, aku tidak bisa menolongmu, tetapi larilah ke arah ini mungkin kau akan selamat'.""Aku pun lari ke arah yang ia tunjukkan. Ular berada di belakangku, dan di depanku neraka. Maka aku pun berkata,'Apakah aku akan lari dari ular dan jatuh ke neraka?' Aku pun segera kembali lari dan ular semakin mendekatiku, aku kembali kepada lelaki lemah itu sambil berkata, 'Selamatkanlah aku, tolonglah aku.' Ia pun menangis kasihan pada keadaanku, lalu berkata,'Aku lemah seperti yang kau lihat, aku tidak mampu melakukan apa-apa, tetapi larilah ke gunung itu mungkin kau akan selamat'.""Aku pun lari ke gunung dan ular akan menyambarku. Lalu aku lihat di puncak bukit itu anak-anak kecil, mereka berteriak, 'Wahai Fatimah, temuilah bapamu, temuilah bapamu!'.""Aku pun tahu kalau itu anakku. Aku gembira kerna anakku yang mati di usia 3 tahun menolongku, mengambil tanganku dan mengusir ular itu dengan tangan kirinya, sedang aku seperti mayat kerana takut.
Lalu aku pun duduk di kamarku seperti aku duduk di dunia, dan ia berkata, 'Wahai bapaku,

"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah..."(Al-Hadid:66)"."

Aku bertanya, 'Wahai anakku, beritahulah padaku tentang ular itu'. Ia menjawab, 'Itu adalah amalmu yang buruk, kau besar-besarkan dan kembangkan, sehingga ia hampir memakanmu. Bukankah kau tahu wahai bapaku, bahawa amal di dunia akan berubah memiliki jasad di hari kiamat?'.""Aku bertanya lagi, 'Dan lelaki lemah itu?'. Ia menjawab,'Itu adalah amal solehmu.
Kau lemahkan dia, sehingga ia menangis melihat keadaanmu, dan ia tidak mampu melakukan sesuatu. Sekiranya kau tidak melahirkan aku, dan aku mati ketika masih kecil, tentu tidak ada yang bermanfaat bagimu'.""Aku pun terbangun dari tidurku sambil berteriak, 'Telah datang, wahai Tuhanku,...telah datang, wahai Tuhanku..."Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah...."."Aku pun mandi dan keluar untuk solat subuh, aku ingin bertaubat, kembali pada Allah s.w.t."Beliau bercerita lagi, "Ketika aku masuk masjid, sang imam sedang membaca ayat al-quran yang sama,

"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah...."(Al-Hadid:16)

Malik bin Dinar pun bertaubat, hingga beliau terkenal setiap hari duduk di depan masjid sambil berkata,

"Wahai hamba yang bermaksiat, kembalilah pada majikanmu. Wahai hamba yang lalai, kembalilah pada majikanmu. Wahai hamba yang lari, kembalilah pada majikanmu, majikanmu menyeru setiap malam dan siang hari sambil berkata, 'Siapa yang mendekat padaKu sejengkal, maka Aku akan mendekatinya sehasta, lalu siapa yang mendekatiKu sehasta, maka Aku akan mendekatinya satu depa, dan siapa yang mendekatiKu sambil berjalan, maka Aku akan mendekatinya sambil berlari kecil.'
(HR Bukhari dan Muslim)......."Semoga Allah s.w.t memberi kita semua nikmat taubat.InsyaAllah..=)